Pain-thing with You

12:41 pm Posted by write over the rainbow

Bandung pagi hari. Cerah. Bangun pagi adalah kesukaanku. Ku mulai dengan membuka computer-ku. Menuju Yahoo! Messenger, FaceBook, Twitter, dan beberapa website yang selalu ku buka hanya untuk mencari hal-hal yang menarik.

Satu getar dari instant message ku terima. Ku jawab, “Yaa…”
“Lagi apa?” dia yang di sana bertanya.
“Lagi on-line…” ku jawab dengan pasti, karena toh pada kenyataannya aku sedang on-line. Berada di dunia maya.
Dia di sana memberiku emoticon, “I-)”
Aku bertanya, “Ngantuk??”
“Nggak…” itu jawabannya.
“Terus apa dong??” aku yang di sini bingung melihat jawaban di layar computer ku.
“Nggak ada apa-apa…”
Semakin bingung, “:-? [-( #:-S :D”
“Nggak ada kerjaan ya??”
“Ada…” singkat padat dan jelas, tapi tetap saja aku bingung.

Percakapan di chat box itu berhenti. Aku mulai bingung mau apa. Aku mencari sesuatu yang mengasyikkan, yang dapat mengalihkan perhatiannya, dan sekaligus membuatnya asyik bekerja. Semoga saja. Dan berharap apa yang ku lakukan tidak menganggu jam kerjanya. Aku mulai membuat gambar dari Doodle.

Ku warnai kertas putih pada chat box ku. Bagian bawah kertas itu, setengahnya ku warnai dengan warna coklat, pertanda bahwa itu adalah tanah. Di sudut kiri kertas ku gambar pohon. Setengah dari kertas putih di atas ku tambahi dua buah awan dan beberapa burung, disertai matahari. Aku berhenti di tengah-tengah kertas putih itu. Antara langit dan bumi. Berkali-kali aku berusaha membuat benda mati yang selalu di gunakan orang untuk jadi sandaran mereka ketika lelah atau hanya sekedar untuk melihat-lihat sekitarnya. Bangku taman. Bangku itu selalu tak bisa ku gambar dengan baik.

“Udah jadi???”, dia yang di sana bertanya. Ternyata dia memperhatikan pekerjaanku sejak dari awal pengerjaan gambar ini.



“Udah kayaknya…” aku menjawab lesu, karena aku merasa belum selesai.
“Bingung mau gambar apa.. aku mau gambar bangku tuh di bawah awan.. gambarin dong…”
“Akunya mana??” aku tersenyum kecil dia bertanya seperti itu.
“Yee.. siapa yang mau gambar kamu….PD dehh… hahaha..” aku tertawa sendiri di depan layar computer ku.
“Gambarin bangku taman sih di bawah awan… :(” aku ingin sekali dia ikut serta dalam pengerjaan gambar ini… menemaninya bekerja jarak jauh dengan cara seperti ini sepertinya mengasyikkan, asalkan dia sedang tidak sibuk.
“Ntar kalau kamu dah gambar bangku, baru aku gambar kamu, duduk di bangku itu… :P “ iming-iming yang tidak terlalu memberikan untung yang menarik bukan?!
“Nggak mau…”
“Nulis aja aku susah, kamu malah nyuruh aku gambar…” senyum geli dalam bibir ku terukir membaca responnya.
“Aku nggak bisa gambar bangku…. :(” penambahan sad emoticon itu sukses membuat mouse di kota seberang Bandung sana bergerak cepat menggambar bangku taman. Tapi salah.
“Itu kursi sayang…” aku tertawa melihat hasil karya agung-nya.
“Itu lho bangku taman… yang panjang… “ aku berusaha memberikan ciri-ciri benda mati yang kuinginkan pada gambar itu.
“Iyaaa….” Dia mengerti.
“Ya udah kamu hapus dulu kursinya…” aku langsung melakukan apa yang dia minta. Ku hapus gambar kursi yang telah di buatnya tadi. “Udah tuh…”, lapor ku.
“Gambarnya di bawah awan ya…” pinta ku.
“Ya udah, awannya pinggirin… hahahaha….” Pintanya dengan kocak, bagaimana mungkin aku menggeser awan, tapi tetap ku lakukan. Aku menghapus gambar awan yang sudah dari tadi ku gambar. Kemudian, ku gambar ulang dengan ukuran yang sedikit lebih kecil dari pada gambar yang semula, dengan posisi yang sedikit menjorok ke atas.
“Udah tuh.. hahaha…” entah kenapa kegiatan ini membuatku senang. Padahal beberapa minggu kemarin kami berdua sedang dalam lingkaran hitam permasalahan akan hubungan kami. Pfiuh.
“Gambarnya pake tinta warna hitam ya… “ pinta terakhirku. Kemudian aku memperhatikan kertas putih itu sedikit demi sedikit tergores oleh garis-garis hitam yang membentuk bangku taman. Garis-garis yang di buat oleh tangan pria yang berada di kota tetangga Bandung sana. Gambar jarak jauh. Kehebatan teknologi.
“Sudah tuh…” garis hitam itu berhenti bergerak membentuk diri di tandai dengan laporan sang penggambar.
Kuperhatikan bangku itu. Aku bingung dengan posisi bangku itu, “Itu bangku menghadap kemana???”
“Terserah…. Hahahaha….” Nyeleneh sekali jawabannya tapi aku tertawa.
“Aku perbaiki sedikit ya….” Ijinku.
“Iya… “ katanya.

Kuperbaiki bangku taman itu, selesai. Ku tepati janji ku untuk menggambar orang di bangku itu. Itu dirinya yang sedang duduk di bangku taman menikmati sinar matahari yang cerah.



Dia tertawa melihat hasil gambar seluruhnya. Kerja keras kami berdua. Gambar-ku dan gambar-nya.
“Kamu nggak makan siang??”
Lama aku mendapat jawaban atas pertanyaan sederhanaku itu.
“Aku tadi lagi beli makanan.”

0 komentar:

Post a Comment