Karmanyca's Story III; Unsent Letter from Karmanyca

2:59 pm Posted by write over the rainbow

Dear Edwin,
Gimana hari-hari kamu? Moga baik-baik aja seperti hariku. Semoga kamu sehat ya disana. Sekarang aku lagi di Bandung loh… aku baru nyampe kemarin. Sayang ya, sekarang kamu udah nggak tinggal di Jakarta lagi malah pindah kerja ke Bali, padahal kalau kamu ada di Jakarta kamu bisa meluangkan waktu kamu untuk aku sebentar di Bandung. Ya hitung-hitung kamu refreshing dari hiruk pikuk kota Jakarta. Sebenarnya aku bingung, aku mau ngapain di Bandung, tiba-tiba aja aku pengen ke Bandung, jadi datanglah aku. Mungkin karena nggak ada kamu kali ya, makanya aku bingung. Hehehe… padahal tempat yang mau dikunjungi di Kota Bandung kan banyak, sebanyak di Jogja. Huft! Bosan di kosan Sari, aku pergi ke Ciwalk, tempat kita biasa nonton film di bioskop. Ciwalk serame itu tapi bisa serasa sepi loh nggak ada kamunya. Kayaknya iklan rokok: Nggak ada lo, nggak rame. Hahaha… Jalan sendirian di Broadway, terus melihat ke lantai dua Gokana Teppan tempat kita makan Mie Ramen, aku jadi senyum-senyum sendiri.

Aku juga ngelewati Zoe Comic Corner tempat kamu biasa baca komik ama majalah. Aku jadi ingat waktu aku nemeni kamu baca majalah. Kamu kalau udah baca buku jadi lupa segalanya, bahkan lupa sama aku yang duduk di hadapan kamu. Hehehe… dasar autis… kalau malam udah tiba terus ngelewati R.S Boromeus aku jadi ingat waktu kita makan Bebek Boromeus. Ngelewati jalan Cilaki, aku jadi ingat waktu kita makan cumi, yang setelah itu bisa bikin aku radang tenggorokan ampe seminggu lebih, dan kamu merasa bersalah karena itu. Hahaha… dan ternyata setiap setelah kita makan cumi aku selalu radang tenggorokan, dan setelah itu kamu selalu menolak makan cumi karena takut aku kena radang tenggorokan lagi. Oh, iya waktu di rumah aku masak cumi, aku makan, aku nggak kena radang tenggorokan dong… :D Aku pergi makan malam ke The Kiosk, di meja yang sama aku pesan soto ayam yang kita makan dulu. Rasanya tetap sama, bedanya aku makan sendirian. Sepi banget Win rasanya… Turun dari The Kiosk ngelewati Hanamasa, aku ingat pertama kali banget kita jalan. Kamu selalu nagih traktiran ulang tahun ku ke Hanamasa, bahkan ketika aku pulang ke Jogja kamu juga masih nagih via Facebook. Akhirnya setelah aku balik ke Bandung, baru kita makan ke Hanamasa dan ternyata kita waiting list, padahal kita udah lapar banget, dan setelah makan kita ketawa-tawa karena engap-engapan nafasnya, saking kebanyakan makan.

Aku ke kosanku yang dulu dan melihat kamarku, kamar yang penuh dengan kenangan-kenangan indah dan pahit bersama kamu. Kamar itu sudah di tempati orang lain. Hihihihi… ada sedikit rasa tidak rela, kamar itu menjadi milik orang lain. Hehehe…
Aku pergi ke gereja. Jemaatnya banyak, tapi rasanya sepi banget. Aku berasa asing di gereja itu. Seperti baru pertama kali datang ke gereja. Aku berdoa, semoga kamu selalu sehat, dan selalu dalam perlindungan-Nya dan seringkali aku menangis kalau udah berdoa buat kamu, Win.

Pfiuh… semuanya terasa indah, Win… Hampir sempurna! Almost! Kalau saja kamu tidak mengambil keputusan itu, begitu juga aku, yang kembali mengambil keputusan atas hubungan kita.

Kamu tahu, selama ini aku selalu tutup mata tentang apa yang dikatakan orang, tentang apa yang dinasehatkan orang kepadaku atas kamu. Mereka bilang, kamu ini, kamu itu, dan mereka bilang seharusnya aku begini, aku begitu, aku tahu semua tentang kamu, Win tapi aku tutup mata. Aku nggak tahu, seberapa besar rasa sayang ku, rasa cintaku ke kamu, sampai aku bisa seperti ini. Aku berubah begitu bahagia jika kamu ada di samping ku. Aku bisa lupa diri, aku bisa lupa semuanya karena kamu. Siapa kamu sebenarnya Edwin? Sihir apa yang kamu pakai untuk menaklukan aku yang mempunyai sifat sekeras ini, bisa selembut itu ketika bersama kamu. Baru kamu yang bisa bikin aku seperti ini.

Aku nggak pernah merasakan apa yang aku rasakan terhadap kamu sebelumnya. Aku nggak pernah merasa sebahagia itu sebelumnya. Aku nggak pernah bertemu makhluk seindah kamu sebelumnya. Kamu, baru kamu yang bisa bikin aku sebahagia itu dan kamu anugerah terindah yang pernah aku miliki.

Tapi ternyata anugerah itupun tak selamanya indah, Win. Tak seindah kebersamaan kita yang menurutku itu hanya mimpi ku belaka. Kamu yang tak mau berkomitmen dengan ku karena alasan yang kamu buat-buat padahal sebenarnya aku tahu alasan sebenarnya, karena ada perempuan lain. Dan sekarang kamu harus tahu, Edwin ku sayang… aku harus move on… hubungan kita harus benar-benar berakhir… jangan pernah hubungi aku lagi. Biarkan aku hidup tenang, tanpa harus ada embel-embel kamu di belakangnya.

Terima kasih untuk semua kenangan indah yang udah kamu kasih ke aku. Terima kasih karena kamu udah buat hidup aku berwarna seperti pelangi, terima kasih untuk semua pelukan kamu, untuk semua tawa dan tangis… makasih… karena kamu sudah memberikan kebahagiaan buat aku, walau cuma sebentar.

Karmanyca.

0 komentar:

Post a Comment