Menjadi Perempuan Selingkuhan itu Pilihan

1:54 pm Posted by write over the rainbow

“Aku hanya heran, dari mana kamu dapat ide cerita seperti itu?”
“Ide cerita ini aku dapat, ketika kita tidur bersama kemudian di pagi harinya kamu mendapat telephone dari perempuan lain.”
“Kok bisa??”
“Aku hanya merasa seperti perempuan selingkuhan…”
”Sejak kapan kamu jadi selingkuhan ku??”
“Aku tidak bilang “Aku selingkuhan mu… Lagipula jika aku adalah perempuan selingkuhan, apakah laki-lakinya harus kamu??”

Adam dan Hawa.

Menjadi perempuan selingkuhan bukan keinginan setiap perempuan di bumi ini, tapi ini merupakan pilihan bagi mereka. Mereka harus memilih, tetap bersama pria yang mereka cintai walaupun menjadi selingkuhan atau melepaskan pria yang mereka cintai dengan ikhlas bersama perempuan yang sudah sah menurut AGAMA ataupun NEGARA.

[mono] “Jika suatu saat Tuhan memberi pilihan pada mereka atau bahkan padaku {suatu saat nanti};
“Mau jadi selingkuhannya atau tidak?? Semua kuserahkan padamu, aku hanya memberi jalan pada mu untuk tetap bersamanya??” (Kita tahu Tuhan tidak sejahat itu pada umatnya, itu hanya sebuah pengandaian belaka.)
Mungkin Aku bersama perempuan [yang akan menjadi selingkuhan] akan menjawab “Iya aku mau menjadi selingkuhannya. Ini kami lakukan demi laki-laki yang kami cintai. “
[berusaha untuk tidak menjadi perempuan yang munafik]

Kembali lagi ke awal, ini bukan kemauan mereka tapi pilihan mereka. Tidak ada yang memaksa.

Menempatkan diri sebagai perempuan selingkuhan ternyata sakit juga [pikirku], tapi mungkin, bukan “sakit juga”, tapi bisa “sakit banget”… Ya, keterbatasan yang mereka miliki untuk menjadi pemegang “Hak Milik” dari laki-laki yang mereka cintai membuat mereka menjadi bagian dari manusia yang “HURA HURA GALAU” [itu kata anak anak ABG jaman sekarang]. Hehehe…

Mereka menikmati keadaan mereka yang berstatus “selingkuhan” [apa ya kerennya… hmmm.. “She's like available but not available at all" atau TTM [sekali lagi kata anak anak ABG]… Teman Tapi Mesra.. Teman, tapi kok rasanya mesra mampus amat ya??? Amat aja nggak ampe mampus mesranya. Hehehe….” [seperti kata lagu “Selingkuh itu Indah”]. Di sisi lain dari ke HURA HURA an mereka, mereka GALAU, mereka berpikir, mereka meratapi nasib, “Sampai kapan harus seperti ini??” [menyedihkan, bukan?]

Memikirkan dan membayangkan betapa sakit hatinya menjadi perempuan – perempuan selingkuhan, tidur bersama laki-laki yang mereka cintai, kemudian di pagi harinya, laki-laki itu mendapat telephone dari sang istri yang bertanya,

“Pa, lagi dimana?? kok nggak pulang-pulang??!!”
Dan sang lelaki [suami] menjawab, “Di kantor Ma, Papa lembur… lagi banyak kerjaan…”

Itu percakapan dalam konteks hubungan pernikahan, bagaimana dengan hubungan pacaran?? Mungkin akan seperti ini jadinya…

“Sayang, kamu dimana??? Kok dari tadi malam hape kamu nggak bisa di hubungi….”
Dan sang lelaki [pacar] menjawab, “Aku di rumah sayang, aku capek banget tadi malam, jadi nggak sempat ngasih kabar ke kamu…”

Di kantor?? Di rumah?? Ya di kantor, tapi kantor yang tidak ada meja kerja nya. Di rumah. Memang di rumah tapi bukan rumah sendiri. Laki-laki.

Apa kaum laki-laki tidak capek, terus terusan berbohong???

Hmmm… kemarin aku sedikit tertawa mendengar ada seorang laki-laki berbohong di telephone. Dia menjawab “Di rumah…”. Tapi kebohongannya juga membuat kening ku mengernyit karena pada kenyataan dia tidak di rumah, tapi “Di rumah”… begitu susah kah menyebutkan dimana mereka sebenarnya berada? Toh kalo mereka menjawab jujur tidak ada salahnya, kecuali perempuan mereka memang benar-benar mempunyai sifat KECURIGAAN dan KECEMBURUAN yang TINGGI, mungkin akan beda ceritanya. Mau di jawab seberapa jujurnya sampai jungkir balik pun kalau mereka tidak percaya, ya tidak percaya. Perempuan.

“Cerita tentang apa yang akan kamu tulis??”
“Tentang Pangeran yang punya 1001 Putri tapi cuma Putri yang ke-1001 yang menerima dengan ikhlas keadaan Pangeran yang mempunyai 1001 Putri termasuk dia.”
“Hubungannya Perempuan Selingkuhan dengan Putri Pangeran??”
“Hubungannya, Perempuan Selingkuhan: bahasanya di perhalus dan sedikit di tinggikan derajatnya menjadi seorang Putri. Kenapa???”.



by Enriany Rosianna

3 komentar:

Martha said...

Serupa tapi tak sama ma "Filosofi Kopi" - nya Dee...
hihihi.....

Dee....oh Dee....

write over the rainbow said...

iya gitu????
aku belum baca buku itu....

hihihi...
punya??? kirim... hahahaha...

Martha said...

Punya.....tapi pinjem...
ih....lebih mahal ongkirnya ya!!!
moh ah....
hihihihi

Post a Comment