Karmanyca's Story IV; Pray

10:19 am Posted by write over the rainbow


Oh, God give me a reason
I’m down on bended knee…

[Boyz II Men – On Bended Knee]

Cermin 150 cm x 50 cm dipenuhi penampakan gadis yang menatap dirinya sendiri di cermin itu. Diletakkan tangannya di tulang selangka, dan menyentuh daerah yang ada di antara tulang selangka dan payudaranya. Benjolan itu terasa semakin besar. Benjolan itu sudah ada sejak dia masih duduk di bangku SMA, tapi tak sekalipun pernah dia memeriksakan diri ke dokter. Takut. Itu hal pertama yang dirasakannya. Tak siap menerima hasil pemeriksaan dokter. Seandainya, seandainya itu adalah Kista yang jinak mungkin dia siap menerima pengobatan dalam bentuk apapun, tapi lain hal jika itu adalah tumor ganas atau kanker. Tak ada kesiapan untuk menerima hasil pemeriksaan bahkan menjalani segala jenis pengobatan.

“Tuhan, sehatkan aku, jauhkan aku dari segala jenis penyakit agar aku dapat selalu berkumpul bersama keluarga-ku. Amin.”, Karmanyca berdoa dalam lamunnya.


Karmanyca kemudian berbaring ke tempat tidurnya. Diambilnya Handphone yang ada di samping tubuhnya, kemudian dia melihat fitur kalender dalam handphone itu. Satu bulan. Sudah satu bulan dia tak berkomunikasi dengan Edwin. Dia menghembuskan nafas panjang. Lelah. Karmanyca berpindah fitur ke Internet Application, dibukanya salah satu account-nya di jejaring sosial. Tak dapat dielakkan, tangannya mengetik nama ‘Edwin Soedrajat’ pada kotak pencarian teman. Dag dig dug dag dig dug yang dirasakannya ketika jejaring sosial itu sedang dalam proses pencarian profile ‘Edwin Soedrajat’. Karmanyca sebenarnya tak ingin melihat profile Edwin, tapi rasa ingin tahunya ternyata lebih besar daripada rasa ketakingintahuannya. Dia ingin tahu apa yang sekarang dilakukan Edwin di pulau sana? Apa yang sedang Edwin rasakan di pulau sana? Apa dan apa, itu lah yang diinginkan Karmanyca saat ini. Profile Edwin telah selesai dalam pencarian. Status update Edwin saat itu; I know I'll see you again whether far or soon but I need you to know, that I care and I miss you.... Membaca kalimat itu, sesak dirasa Karmanyca. Dia tahu, kalimat itu bukan untuk dirinya, tapi untuk perempuan lain. Dia merasakan amarah bercampur jadi satu bersama cemburu tapi tentu saja takaran amarah lebih banyak. Rasa benci yang dia layangkan pada Edwin seminggu yang lalu berubah status menjadi dendam. Dendam.

“You’ll never find someone like me. The person who hurt you, people who disrupt your life, people who make you angry and feel so annoyed… You’ll miss me.”


Kalimat itu tiba-tiba berputar di kepala Karmanyca. Edwin mengirim pesan itu kepada Karmanyca, ketika mereka masih bersama. Satu pesan yang begitu percaya dirinya seorang Edwin, tapi dibenarkan oleh Karmanyca. Edwinlah yang selalu bisa membuat Karmanyca dipenuhi rasa amarah, Edwinlah yang selalu mengganggu kehidupan Karmanyca, dan Edwin jugalah yang selalu membuat Karmanyca sakit hati tapi Edwin juga yang bisa membuat Karmanyca begitu merindukan musuh sekaligus cintanya itu, Edwin Soedrajat. Sekarang, rasa rindu itu berganti rasa dengan dendam. Begitu besar rasa dendam Karmanyca kepada Edwin sehingga ingin sekali Karmanyca menampar pipi Edwin jika ada di hadapannya.

“Tuhan, aku tahu Kau tak pernah mengajarkan dan mengijijnkan aku untuk mendendam pada anak-anak-Mu yang lain. Tuhan, selimuti dendamku ini dengan kasih-Mu agar aku dapat mengasihi anak-Mu, Edwin Soedrajat. Amin.”, Karmanyca berdoa dalam dendamnya.

0 komentar:

Post a Comment